Saya mendapat kabar dari salah satu teman (sumber) kalo ada seseorang yang nulis di comment di blognya kalo katanya masalah kesalah pahaman panitia perpisahan dengan saya akan di bahas saat rapat panitia, dan (katanya) rencananya blog saya ini akan baca bersama-sama dalam rapat itu. Maka dari itu, daripada nanti (kalo misalnya jadi) panitia cuma membaca isi blog saya tentang masalah perpisahan itu (yang gak nyampe 100 kalimat) dan malah disuguhi postingan nggak penting saya yang lainnya, maka lebih baik saya posting klarifikasi ini agar semua masalah menjadi lebih CLEAR.Tanpa mengurangi rasa hormat, saya hanya mau menjelaskan kesalah pahaman di antara kami (saya dan panitia perpisahan tahun 2008/2009 dan mungkin juga seluruh siswa kelas 9 SMP 8).
Dari beberapa sumber yang saya dengar, ada beberapa rumor yang menyebutkan:
1.
Saya, Rahma, diberitakan telah mengejek panitia perpisahan SMP 8 tahun 2008/2009 karena ada rasa tidak suka sama salah satu anggota panitia.
2.Saya diberitakan tidak setuju dengan biaya perpisahan yang telah ditetapkan.Hal di atas
100 % tidak benar, dan berikut penjelasan saya mengenai fakta yang sebenarnya:
1.
Saya tidak pernah mengejek, menghina atau bahkan meremehkan kinerja panitia perpisahan yang digosipkan karena saya ada rasa tidak suka dengan anggota panitia. Justru saya menghargai kerja keras kalian yang mempersiapkan segalanya agar jadi sempurna dan tentu saja saya meenghargai usaha kalian yang juga sekalian membuktikan ke sekolah bahwa kalian juga bisa mengadakan acara perpisahan sendiri tanpa harus membebani pihak sekolah atau lainnya.
2.
Saya tidak bermaksut protes atau mendemo panitia tentang acara perpisahan, tapi saya (dan teman-teman) hanya ingin tau penjelasan yang lebih detail.
3.Kemarin saya bertanya kepada pak Wid kenapa kalau kita ingin mendapatkan buku tahunan juga harus mengikuti perpisahan, dan
Pak Wid menjelaskan kalau buku tahunan dan perpisahan itu sangat erat hubungannya. Jadi jika kita mengiginkan buku taunan itu, otomatis harus mengikuti pesta perpisahan. Dan penjelasan ini <
membuat saya merasa lebih jelas dan mengerti sekaligus memberi jawaban atas pertanyaan saya dan teman-teman mengenai hal tersebut.
4.Dalam masalah ini, kenyataan berbicara bahwa
bukan hanya saya yang “salah paham” tapi ada beberapa teman yang juga “begitu” dan butuh penjelasan yang detail seperti yang telah saya jelaskan tadi di nomor 2. Tetapi dalam hal ini, terkesan sekali bahwa panitia men-
judge saya sebagai “tersangka utama”.
5.
Saya tidak pernah ada niat atau bahkan sengaja mengajak atau bahasa kasarnya
menghasut teman-teman saya untuk tidak mengikuti acara perpisahan. Mereka hanya berkata: “Kalo kita nggak ikut aja gimana? Aku males e..” . Dan yang leinnya (termasuk saya) juga hanya berkata: “Lha ya gimana enak e?”
Apakah dialog singkat di atas terdengar sebagai sebuah “hasutan”?
6.
Alasan mengapa kemarin saya dan teman-teman sempat berpikir untuk tidak ikut perpisahan adalah:
- Ada acara lain yang akan kita selenggarakan secara pribadi
- Teman-teman dekat saya berkata sebenarnya tidak apa-apa jika memang mau ikut perpisahan, tetapi mereka (dan saya) juga berkata kalo “agak males” dan kesimpulannya kitatidak berangkat jika salah satu dari kita juga tidak mau berngkat. Memang naïf sekali, karena solidaritas yang kami bangun memang sangat kuat *apa coba*.
Dan bukan berarti jika kita tidak menghadiri acara perpisahan sekolah itu karena kita tidak menyukai anggota panitia, tapi lebih di karenakan alasan-alasan seperti di atas.
8. Masalah makanan yang saya dan teman-teman pikir kerdusan biasa berisi 1 gelas kecil aqua gelas dan snack semacam pastel, kroket, arem arem, kacang, dsb ternyata sudah di luruskan (dijelaskan) lagi oleh Aqila, bahwa
ternyata kerdusannya isi nasi ayam bakar dan 1 botol besar aqua. Harap dimaklumi karna memang dalam pikiran kita saat itu yang dimaksud kerdusan adalah:
kerdus isi snack, tapi ternyata berupa nasi box.
7.Setelah dipikir dan didiskusikan bersama-sama,
saya dan teman-teman yang tadinya memang ada niat untuk tidak datang
memutuskan untuk datang ke acara perpisahan nanti. Bukan karena terpaksa, paksaan orang tua (karena memang orang tua saya menganjurkan untuk datang), paksaan teman, rasa bersalah (karena memang seperti dikatakan
Aqila, di sini tidak ada yang salah), dan hal-hal yang semacam itu. Ini semua memang asli dari niat kita, tulus, dan
sekalian membantu dana yang saya baru tahu kalau ternyata masih kurang banyak sekaliSetelah kemaren berbicara dengan
Aqila, dia mengatakan bahwa memang ini semua hanya kesalah pahaman belaka. Tidak ada yang bersalah di sini, baik itu saya (dan teman-teman) atau panitia perpisahan. Tapi yang saya masalahkan di sini adalah nama baik saya yang sepertinya menjadi
“tercemar” karena
berita/gossip/rumor/fitnah yang
tidak benar ini ternyata sudah disebarluaskan oleh siapa yang saya juga tidak tahu namanya.
Melalui postingan ini juga, sekalian saya juga mau menyamapaikan kalau memang ada yang
tidak suka, tidak mengerti, kurang jelas, kurang setuju, atau bahkan ada yang
mau membuat masalah baru dengan saya silahkan memberitahu saya agar bisa dibicarakan dengan kepala dingin seperti kata
Pak Wid.Sekian penjelasan saya, saya mohon maaf kalo ada salah kata. Terimakasih dan wassalam.
p.s: sorry for the disgusting words :p
Labels: everything, SCHOOLIZM